Kenaikan Harga Emas Antam di Akhir Tahun 2025: Apa Penyebabnya, Dampaknya bagi Investor, dan Strategi yang Patut Dipertimbangkan
Oleh: Admin |
Dipublikasikan: 29 December 2025
1. Ringkasan Situasi Pasar (29 Desember 2025)
| Parameter | Nilai | Pergerakan |
|---|---|---|
| Harga jual Antam (per gram) | Rp 2.413.000 | Naik Rp 30.000 dari hari sebelumnya |
| Harga buy‑back Antam (per gram) | Rp 2.455.000 | Turun Rp 9.000 |
| Harga ATH (All‑Time‑High) seminggu lalu | Rp 2.605.000 | Catatan tertinggi sejak pencatatan |
| Harga ATH historis | Rp 2.590.000 (24 Des 2025) | Terlampaui pada 26 Des 2025 |
| Pajak jual (PMK 34/PMK.10/2017) | 0,45 % (NPWP) / 0,9 % (non‑NPWP) | Berlaku pada semua transaksi |
| Pajak buy‑back (PPh 22) | 1,5 % (NPWP) / 3 % (non‑NPWP) | Dikenakan pada nilai buy‑back > Rp 10 juta |
Catatan: Seluruh harga per gram pada tabel “stabil” di artikel sebenarnya sudah mencerminkan spot price Antam sebelum dipotong pajak, sehingga nilai jual akhir bagi konsumen akan sedikit lebih rendah setelah pemotongan PPh 22.
2. Analisis Penyebab Kenaikan Harga
| Faktor | Penjelasan |
|---|---|
| Sentimen Musiman | Menjelang akhir tahun, permintaan perhiasan (Natal, Tahun Baru) serta pembelian investasi “safe‑haven” meningkat. Banyak investor ritel menambah posisi emas sebagai lindung nilai inflasi dan geopolitik. |
| Kondisi Makro‑ekonomi Global | Pada kuartal ke‑4 2025, indeks dolar AS (DXY) melemah 1,8 % dan yield obligasi 10‑tahun AS turun, yang biasanya mendorong harga emas naik. Kebijakan moneter bank sentral (Fed, ECB) yang masih “hawkish” menggerakkan investor ke aset riil. |
| Keterbatasan Pasokan Logam Mulia di Indonesia | Penambangan emas domestik mengalami penurunan produksi karena penurunan cadangan di tambang utama (Grasberg, Tambang Gunung Mas). Akibatnya, Antam sebagai produsen terbesar mengalami tekanan suplai yang mendorong harga jual naik. |
| Spekulasi pada Bursa Berjangka (COMEX, ICE) | Pada akhir Desember 2025, kontrak berjangka emas berakhir pada bulan Januari 2026 dengan basis premium lebih dari US$ 15 per ounce, menandakan ekspektasi pasar bahwa harga spot akan terus naik. |
| Kebijakan Fiskal & Pajak | Pemerintah Indonesia menurunkan tarif PPnBM pada perhiasan emas pada 1 November 2025, sehingga pembelian ritel menjadi lebih menarik dan menggerakkan permintaan secara keseluruhan. |
3. Dampak bagi Berbagai Pemangku Kepentingan
3.1 Investor Ritel
- Keuntungan Jangka Pendek: Kenaikan Rp 30.000 per gram dalam satu hari (≈ 1,3 %) memberikan margin keuntungan bagi mereka yang menjual dalam hitungan hari.
- Risiko: Harga buy‑back turun Rp 9.000 per gram, artinya jika investor berencana menjual kembali ke Antam dalam waktu singkat, mereka akan mengalami kerugian kecil (~ 0,4 %).
- Strategi Pajak: Pemilik NPWP hanya dikenakan PPh 22 sebesar 1,5 % pada buy‑back, sedangkan non‑NPWP hampir dua kali lipat. Memastikan kepemilikan NPWP sebelum menjual dapat menghemat sampai Rp 135.000 pada transaksi 1 kg (nilai buy‑back ≈ Rp 2,45 M).
3 4️ Investor Institusional (Fund, Asuransi, Bank)
- Hedging Portofolio: Harga emas yang berada di level atas ATH memberikan opsi efektif untuk hedging risiko inflasi pada portofolio obligasi.
- Likuiditas: Antam memiliki kanal buy‑back yang likuid, namun penurunan harga buy‑back menandakan spread jual–beli (bid‑ask) melebar; institusi besar biasanya menegosiasikan tarif khusus.
3.3 Pedagang Emas Perhiasan & Grosir
- Margin Penjualan: Karena pemotongan pajak jual (0,45 % NPWP), pedagang dapat menyesuaikan margin tanpa menurunkan harga jual terlalu signifikan.
- Stok Penjualan: Kondisi harga tinggi di akhir tahun meningkatkan permintaan, sehingga stok yang cukup (terutama ukuran 0,5 g – 10 g) sangat penting untuk menangkap peluang permintaan ritel.
3.4 Pemerintah
- Pendapatan Pajak: PPh 22 dan PPnBM pada emas memberi kontribusi signifikan terhadap penerimaan negara, terutama pada volume transaksi tinggi di musim libur.
- Stabilisasi Harga: Kebijakan buy‑back Antam berfungsi sebagai stabilizer pasar. Penurunan harga buy‑back yang sedikit dapat menurunkan tekanan beli kembali, menjaga ketersediaan emas di pasar sekunder.
4. Rekomendasi Strategi bagi Investor
| Tipe Investor | Strategi Utama | Penjelasan |
|---|---|---|
| Investor Ritel (jangka pendek) | Buy‑and‑Sell cepat (day‑trade / swing) | Manfaatkan volatilitas “gap” antara harga jual (Rp 2.413.000) dan buy‑back (Rp 2.455.000) dengan menahan emas selama 2‑3 hari sebelum harga kembali turun. Hindari penjualan sebelum tanggal settlement karena potensi roll‑over ke bulan berikutnya yang dapat menaikkan spread. |
| Investor Ritel (jangka menengah‑panjang) | Buy‑and‑Hold | Jika tak memiliki NPWP, daftarkan diri terlebih dahulu (biaya administrasi rendah). Simpan emas fisik sebagai aset safe‑haven selama 6‑12 bulan ke depan, mengingat tren bullish global pada 2025–2026. |
| Institusi (fund, asuransi) | Hedging via Futures + Spot | Kombinasikan kepemilikan spot Antam dengan kontrak berjangka di ICE untuk melindungi nilai pada bulan Januari‑Februari 2026, ketika ekspektasi inflasi masih tinggi. |
| Pedagang / Grosir | Optimalkan margin pada gram kecil (0,5‑5 g) | Karena harga per gram tetap tinggi, fokus pada produk berukuran kecil yang memiliki rotasi tinggi dan profit margin yang relatif lebih besar setelah pajak. |
| Pemerintah / Regulator | Monitoring spread jual‑beli | Mengawasi perbedaan antara harga jual dan buy‑back agar tidak terlalu lebar, yang dapat menimbulkan arbitrase tidak sehat di pasar sekunder. Pertimbangkan penyesuaian tarif PPh 22 secara periodik untuk menyeimbangkan daya tarik buy‑back. |
5. Proyeksi Harga Antam (Januari–Maret 2026)
| Bulan | Proyeksi Harga Jual (per gram) | Faktor Penguat | Faktor Penahan |
|---|---|---|---|
| Januari 2026 | Rp 2.460.000 – Rp 2.500.000 | Permintaan libur akhir tahun, masih ada gap stok domestik, dolar AS tetap lemah | Potensi penurunan inflasi global, intervensi bank sentral AS (S&P 500 rebound) |
| Februari 2026 | Rp 2.430.000 – Rp 2.470.000 | Musim “salat” (Ramadhan) meningkatkan pembelian perhiasan, kebijakan moneter tetap akomodatif | Kenaikan suku bunga bank Indonesia (BI) untuk menekan inflasi domestik |
| Maret 2026 | Rp 2.380.000 – Rp 2.420.000 | Kembali normalisasi pasokan tambang internasional (Australia, Kanada) | Kenaikan harga USD kembali ke level $1,40, menurunkan daya beli emas lokal |
Catatan: Proyeksi ini bersifat indikatif; faktor geopolitik (mis. konflik di Timur Tengah) dapat menambah volatilitas secara signifikan.
6. Kesimpulan
- Kenaikan harga Antam pada 29 Desember 2025 adalah hasil kombinasi faktor musiman, tekanan suplai domestik, serta dinamika pasar global yang masih mendukung aset safe‑haven.
- Investor harus menilai tujuan investasi (jangka pendek vs. menengah‑panjang) sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual.
- Pajak menjadi komponen krusial: memilikin NPWP secara signifikan menurunkan beban PPh 22 pada buy‑back, sehingga meningkatkan profit bersih.
- Strategi hedging dan diversifikasi (misalnya futures) dapat melindungi institusi dari risiko harga berbalik.
- Pemerintah perlu terus memantau spread jual‑beli serta menyesuaikan regulasi pajak agar pasar emas tetap likuid dan adil bagi semua pelaku.
Dengan memperhatikan semua faktor di atas, para pelaku pasar dapat mengoptimalkan peluang yang ditawarkan oleh kenaikan harga Antam, sekaligus mengelola risiko yang melekat pada volatilitas logam mulia.
Semoga analisis ini membantu Anda dalam membuat keputusan investasi yang lebih terinformasi.